Saturday, July 11, 2015

Bunga Pertama

Sore hari ini hampir tidak berbeda dengan minggu-minggu sebelumnya. Alunan lagu terdengar begitu jelas dari earphone yang terpasang ditelinga, dengan memutarkan lagu-lagu favorit yang menjadi pengisi playlist dalam sebuah mp3 player yang ku kaitkan dipinggang sebelah kanan. Mp3 player berbentuk persegi, tidak begitu besar, hadiah dari papa di ulang tahun ku yang ke-15. Sebuah hadiah sederhana ini menjadi salah satu barang yang selalu aku bawa kemana pun aku pergi. Aku pun mulai mengikuti sang penyanyi untuk bernyanyi, bernyanyi dalam diam. Begitu pula dengan tangan ku yang mulai menghentak-hentak mengikuti irama. Jalan yang ku lalui sepi, hanya beberapa orang lewat, mungkin bisa dihitung oleh jari. Hal itu sangat membuat ku menjadi sangat terlarut dalam alunan musik-musik dengan berbagai genre. Musik dengan aliran pop rock dan alternatif adalah dua contoh genre yang menjadi favorit ku selama ini. Jalan lurus ini cukup panjang, cukup menarik untuk memacu kecepatan. Kaki ku mulai menangkap perintah dari otak dan berputar semakin cepat, mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi. Tidak ada yang perlu aku khawatirkan dengan bersepeda secepat ini, tidak ada orang lewat, bahkan tupai pun begitu malu untuk menunjukkan ekornya.
 Tak terasa, aku sudah ingin mencapai akhir dari jalan lurus ini. Begitu melihat ujung jalan itu, aku mulai menekan handle rem secara perlahan. Setelah sepeda melambat, aku pun menepi. Mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi cukup menguras banyak tenaga. Baju ku mulai basah oleh keringat yang keluar, dan jantung berdetak dengan cepat. Ku ambil sebotol minuman yang tertempel di frame sepeda ku. Jus jeruk buatan ku sendiri, masih dingin, sangat menyegarkan. Sepeda kusandarkan dibawah pohon rindang, dan aku duduk di sebelah bagian lain dari pohon ini. Badan terasa lelah, lalu kubaringkan badan ku sejenak direrumputan pinggir jalan ini. Rumput hijau dan bersih menghadirkan sedikit kenyamanan saat kubaringkan badan ku diatasnya. Angin berhembus dengan tenang tanpa ada campuran polusi dari kendaraan bermotor, langit biru yang indah ditambah dengan awan-awan berbentuk unik membuat sore ini menjadi begitu lengkap. Earphone masih mengeluarkan suara-suara dari lagu yang kuputar, volume yang kencang membuatku tidak mendengar suara lain disekitar. Aku rasa ini waktu yang tepat untuk mengganti queue, lagu-lagu dari McFly kurasa cocok di saat seperti ini. Love is Easy adalah lagu McFly pertama yang terputar. Kupejamkan mata, dan mulai merasakan semua kebahagiaan dan kenyamanan yang kudapatkan kali ini.
Mulai menikmati lagu, kepala ku mulai bergoyang dan mulut yang terus bernyanyi. Tak lama, aku terdiam dalam gelap, wajahnya tiba-tiba saja muncul dipikiranku. Senyum manis dan tingkah nya yang lucu itu terus terbayang-bayang. Semua momen-momen bersamanya datang kedalam pikiran secara bersamaan, bahkan, aku terbayang oleh perkenalan kami dulu, perkenalan yang membuatku terkejut namun terasa bahagia dihati. Dan, oh ya! Aku teringat ulang tahunnya. Dua hari dari hari ini adalah ulang tahunnya. God, aku lupa, mengapa aku bisa sebodoh ini. Ku buka mata ku, ku ambil sepeda dan mengayuh sepeda dengan cepat untuk pulang kerumah.
Aku belum mempersiapkan apapun, aduh, mengapa aku bisa lupa. Sesampainya dirumah, dengan tak berpikir panjang, aku mulai bersiap-siap untuk pergi kembali. Motor ku keluarkan dari garasi, sementara sepeda masih tergeletak didepan garasi. Karena melihat matahari yang mulai terbenam, aku sadar bahwa aku hanya memiliki waktu yang tidak banyak untuk mencari kado untuknya sehingga aku haya menggeletakkan sepeda didepan garasi tanpa memasukkannya terlebih dahulu.
Untunglah, didekat rumah ada sebuah mall besar yang menyediakan banyak barang. Pikiran ku mulai bekerja dengan keras, dijalan aku bertanya-tanya, apa yang harus kuberikan padanya? Apa yang harus aku cari? Barang apa yang ia butuhkan? Ah, mengapa pilihan yang cukup banyak itu justru membuatku bingung seperti ini.
Lobby Timur mall, baiklah, aku memutuskan untuk mencari pencarian dari sini hingga lobby Barat. Jalan sendirian dan memasang wajah bingung ditengah kerumunan orang malah membuatku seperti orang hilang, atau pencopet. Mata satpam didepan lobby pun tertuju kepada diriku yang terlihat tergesa-gesa dan bingung ini. Aku panik! Mengapa aku jadi takut dituduh hal aneh seperti ini? Aku membalas tatapan wajah satpam tersebut dengan senyuman manis diwajahku saat lewat didepannya. “Selamat malam, mas.”, sapa satpam tersebut.
Berbagai toko telah ku kunjungi, toko khusus perempuan pun tak kulewatkan. Ah, aku merasa malu sendiri saat memasukki toko dengan dinding berwarna merah jambu yang berisikan girl’s stuffs itu, tapi apa boleh buat. Yang lebih membuatku malu adalah saat ditemani oleh penjaga toko tersebut, perempuan berambut panjang, dengan seragam berwarna merah muda selaras dengan dinding dan meja toko tersebut. Tak hanya itu, ia pun menggunakan bando berbulu dan bertelinga panjang. Saat itu, aku menjadi pusat perhatian pengunjung lain yang semuanya adalah perempuan yang sepertinya seumuran denganku. Aku ingin sekali menjelaskan kepada mereka bahwa aku adalah lelaki normal, sehingga mereka tidak perlu melirik ku sambil tertawa kecil seperti itu. “Mau cari apa, mas?”, tanya penjaga toko. Ah kesempatan! “Saya nyari kado, mba. Buat teman saya.”, ku balas dengan suara yang agak keras agar pengunjung yang lain tau dan mengurangi rasa malu ku.
Setelah sekitar 2 jam memutari mall, akhirnya aku menemukan kado untuknya. Sebuah sweatshirt dengan motif lucu, berbahan rajutan yang cukup hangat dan lembut. Aku harap ini sangat berguna untuknya, dan pastinya ia suka dengan apa yang kuberikan ini. Sebelum pulang kerumah aku menyempatkan untuk membeli satu kotak dan kertas kado untuk membungkusnya.
The day! Nanti sore adalah acara ulang tahunnya. Acara itu diadakan disebuah resto yang tidak jauh dengan rumahnya. Menurut info dan desas-desus yang telah kudengar dari beberapa teman terdekatku, ia tak mengundang banyak orang, beberapa teman ku yang kenal dengannya pun tidak diundang. Disitu aku merasa begitu spesial di hidupnya, padahal, entahlah. Ia bukan teman sekelas ku dikampus, kami berbeda jurusan, tapi momen dikantin itu telah menyatukan kami menjadi sedekat ini. Kami bukan sepasang kekasih, atau mungkin bisa dibilang belum? Itu hanya masih sebuah angan-angan ku saja. Handphone ku berdering, ternyata sebuah pesan darinya! Ia membuatku tersenyum pagi ini, ia selalu dapat melakukannya. Pesan tersebut berisikan, “Jangan sampai telat apalagi lupa datang ya! Awas aja kalo sampai lupa, aku gak akan pernah mau kenal kamu lagi!”.
Pesan yang sederhana itu membuatku menjadi tidak sabar untuk bertemu dengannya. Sudah sekitar seminggu kami tidak berjumpa. Ia sedang mendapatkan tugas akhir dari dosennya, jadi ia jarang terlihat dikampus. Pernah aku melihatnya dua hari yang lalu, kami hanya sebatas menyapa dari jauh karena ia sedang terburu-buru untuk masuk kelas. Aku terus melihat jam karena terlalu excited buat bertemu dengannya. Jam masih menunjukkan pukul 1 siang, sedangkan acara ia dimulai jam setengah 7. Ah, masih lama pikirku, masih sempat untuk memejamkan mata.
Aku terbangun karena suara bising yang dibuat oleh acara televisi yang sedang adikku tonton di ruang tamu. Sempat kesal karena ia telah mengganggu tidurku, namun kesal tersebut telah teredam saat kulihat jam. Sudah jam 4! Aku harus cepat bersiap-siap untuk datang ke acara ulang tahunnya. Memang masih ada waktu yang cukup agar tidak terlambat, namun aku lebih suka untuk datang lebih awal, untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan dan malah membuat terlambat. Problem pertama yang kujumpai adalah, apa yang harus aku pakai. Aku ingin tidak ingin terlihat jelek dihadapannya, aku tidak mungkin hanya memakai kaos dan jeans seperti yang biasa kupakai, walaupun itu adalah salah satu kesukaanku, simpel. Akhirnya aku memilih kemeja bermotif kotak-kotak dengan warna merah, biru, dan putih, berlengan panjang. Aku tetap memilih celana jeans untuk kupakai, lalu tak lupa sneakers dan jam tangan untuk menjadi pelengkap. Setelah semua siap, aku pun berangkat.
Masih banyak waktu, jadi aku tak perlu memacu kendaraan ku untuk sampai ke resto tersebut. Sekitar 45 menit waktu tempuh untuk sampai ditempat tersebut, saat aku sampai nanti mungkin masih ada waktu setengah jam sebelum acara dimulai. Karena kecepatan ku yang tidak begitu cepat, aku mengambil lajur kiri. Ada hal yang aneh, saat aku membelokkan motor, ban belakang terasa seperti kempes. Aku menepi dan menghentikan perjalanan ku sambil berharap agar tidak ada hal buruk terjadi. Saat kulihat, hal buruk itu terjadi, ban belakang ku kempes, atau mungkin bocor. Untunglah, aku berangkat lebih awal jadi aku tidak perlu ambil pusing. Jalan dengan menuntun motor ke bengkel terdekat, aku merasakan hal yang aneh lagi, seperti ada yang tertinggal. Tak lama aku tersadar bahwa mp3 player ku tertinggal dirumah, tak biasanya aku meninggalkan barang itu, tapi yasudahlah. Bengkel penuh dengan antrian motor yang sedang diservis, sehingga aku harus menunggu bagian untuk motorku. Aku duduk diruang tunggu, terasa begitu sepi karena tidak membawa mp3 player. Ada banyak orang diruang tunggu ini, sesungguhnya tidak sepi, tetapi bising dengan seluruh suara obrolan dan suara yang dibuat oleh alat-alat bengkel, namun karena sudah terbiasa mendengarkan lagu saat sedang sendiri seperti ini, aku merasa sepi dan bosan. Kulihat sekitar untuk mengisi kekosonganku, terlihat seorang perempuan berambut panjang yang sedang melihat kearah televisi yang tertempel di dinding bengkel sebelah kanan. Perempuan itu mekakai sweatshirt merah bergaris-garis putih. Eh, tunggu! Sweatshirt! Aku teringat kado untuknya. Dan ternyata kado itu juga tertinggal dirumah! Aku panik karena tidak tau kado itu benar tertinggal atau terjatuh saat aku menuntun motor ke bengkel ini. Aku menelpon adikku untuk memastikan kado tersebut ada dirumah atau tidak. Aku menyuruhnya untuk mencari kado tersebut diseluruh penjuru rumah, lalu ia menemukannya di garasi. Mungkin kado itu tertinggal saat ku mengeluarkan motor dari garasi tanpa bawa kado tersebut bersamaku. Ah, aku bingung, sangat bingung. Aku tidak mungkin kembali kerumah dengan keadaan seperti ini, tak cukup waktu. Lagipula, motorku masih tak kunjung ditangani oleh pihak bengkel. Diseberang bengkel ada banyak ruko, mungkin aku bisa membeli segelas minuman untuk sekedar menyegarkan pikiran dan mencari solusi terbaik.
Aku pergi ke sebuah café dan duduk dibagian luar. Tak lama seorang pelayan memberikan menu-menu yang ada di café ini. Ternyata mereka mempunyai minuman kesukaan ku, frappucino. Tanpa pikir panjang, aku langsung memesan itu dan satu porsi french fries. Beberapa saat kemudian, pesanan ku datang. Sudah jam 5 lewat dan aku masih belum menemukan barang untuk menggantikan kado yang tertinggal dirumah karena kecerobohan ku. Didalam keheningan ini, aku mendengar percakapan sepasang kekasih diseberang meja tempatku duduk. “Ih bagus banget bunganya, beli dimana?”, tanya cewek tersebut. “Itu kan dua ruko dari café ini ada toko bunga tau.”, jawab cowoknya.
Ah! Itu dia, bunga! Aku langsung lari ketoko bunga tersebut. Begitu banyak bunga terpajang didepan toko ini, warnanya pun beragam, terlihat sangat lengkap, cocok! Aku tidak terlalu mengerti dengan bunga apa yang perempuan suka, karena, ini kali pertama aku membawakan bunga untuk seorang perempuan. Penjaga toko langsung menanyakan apa yang kucari, lalu aku mengatakan bahwa aku ingin bunga yang spesial sehingga dapat membuat perempuan terkesan dan jatuh cinta saat melihatnya. Ia hanya tersenyum dan mulai merangkai bunga pesananku. Satu bouquet bunga telah terangkai dengan cantik. Entah apa nama dari bunga-bunga ini, hanya bunga mawar yang kutahu. Campuran bunga berwarna putih dan merah muda ini cukup menyita perhatian orang-orang yang melihat ku saat membawanya untuk kembali kebengkel. Tak sedikit ada orang yang menggoda ku dengan candaan agar aku memberikan bunga ku kepadanya. Aku hanya tersenyum sambil lari-lari kecil. Dikejar waktu adalah hal yang sungguh tidak enak. Motor terlihat telah selesai ditambal, aku segera bergegas kekasir untuk membayar, dan candaan itu muncul kembali. “Mas, makasih loh bunga nya. Sini saya simpan di vas bunga.”, canda petugas kasir. Aku tersenyum dan langsung menanyakan ongkos yang harus aku keluarkan. Lalu aku melanjutkan kembali perjalanan dengan sisa waktu yang tidak banyak.
Selama perjalanan aku mengkhawatirkan bunga ini, aku tidak ingin bunga nya rusak, sehingga aku harus berkendara dengan menggunakan satu tangan selagi tangan kiri ku memeluk bunga agar tidak rusak. Entah apa yang pengendara lain pikirkan saat melihatku, aku sudah tidak ingin memikirkan hal lain. Sesampainya disana aku langsung menuju toilet untuk merapikan penampilan ku yang sudah agak berantakan karena hal yang tidak diinginkan itu.

Aku melangkahkan kaki ke ruangan khusus yang telah disediakan untuk ulang tahunnya. Terlihat sepi dari luar atau memang benar bahwa hanya beberapa orang saja yang diundang. Yang pertama kulihat diruangan itu adalah dirinya yang sedang duduk dengan menggenggam handphone. Dengan dress berwarna merah dan make up yang tidak terlalu tebal membuatnya terlihat anggun dan tentu saja, cantik. Ia tersenyum manis saat melihatku, ah, sungguh, aku gugup. Aku berjalan dengan bunga dibelakangku, entah kenapa, tiba-tiba aku ingin membuatnya surprise dengan bunga ini, padahal terlihat sangat biasa sekali. Sudah tepat dihadapannya, jantungku mulai berdebar-debar, tingkah ku mulai sedikit aneh, untuk menutupi semuanya, aku mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Kuberikan bunga itu, dan ia terlihat begitu senang, syukurlah. “Maaf ya, tadi ada trouble gitu dijalan, terus aku lupa bawa kado buat kamu, nanti kadonya aku kasih dikampus ya. Hehe.”, ucap ku. Ia tersenyum dan berkata, “Ih, engga apa-apa kok, lagipula ini bagus banget bunganya, aku suka, makasih banyak ya. Oh iya, yang lebih penting lagi, kamu nepatin janji kamu buat dateng dan gak telat.”. Lalu, ia memelukku.

No comments:

Post a Comment