Sore hari ini
hampir tidak berbeda dengan minggu-minggu sebelumnya. Alunan lagu terdengar
begitu jelas dari earphone yang
terpasang ditelinga, dengan memutarkan lagu-lagu favorit yang menjadi pengisi playlist dalam sebuah mp3 player yang ku
kaitkan dipinggang sebelah kanan. Mp3 player berbentuk persegi, tidak begitu
besar, hadiah dari papa di ulang tahun ku yang ke-15. Sebuah hadiah sederhana
ini menjadi salah satu barang yang selalu aku bawa kemana pun aku pergi. Aku pun
mulai mengikuti sang penyanyi untuk bernyanyi, bernyanyi dalam diam. Begitu pula
dengan tangan ku yang mulai menghentak-hentak mengikuti irama. Jalan yang ku
lalui sepi, hanya beberapa orang lewat, mungkin bisa dihitung oleh jari. Hal itu
sangat membuat ku menjadi sangat terlarut dalam alunan musik-musik dengan berbagai
genre. Musik dengan aliran pop rock dan alternatif adalah dua
contoh genre yang menjadi favorit ku
selama ini. Jalan lurus ini cukup panjang, cukup menarik untuk memacu
kecepatan. Kaki ku mulai menangkap perintah dari otak dan berputar semakin
cepat, mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi. Tidak ada yang perlu aku khawatirkan
dengan bersepeda secepat ini, tidak ada orang lewat, bahkan tupai pun begitu
malu untuk menunjukkan ekornya.
Tak terasa, aku sudah ingin mencapai akhir
dari jalan lurus ini. Begitu melihat ujung jalan itu, aku mulai menekan handle rem secara perlahan. Setelah
sepeda melambat, aku pun menepi. Mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi cukup
menguras banyak tenaga. Baju ku mulai basah oleh keringat yang keluar, dan jantung
berdetak dengan cepat. Ku ambil sebotol minuman yang tertempel di frame sepeda ku. Jus jeruk buatan ku
sendiri, masih dingin, sangat menyegarkan. Sepeda kusandarkan dibawah pohon
rindang, dan aku duduk di sebelah bagian lain dari pohon ini. Badan terasa
lelah, lalu kubaringkan badan ku sejenak direrumputan pinggir jalan ini. Rumput
hijau dan bersih menghadirkan sedikit kenyamanan saat kubaringkan badan ku
diatasnya. Angin berhembus dengan tenang tanpa ada campuran polusi dari
kendaraan bermotor, langit biru yang indah ditambah dengan awan-awan berbentuk
unik membuat sore ini menjadi begitu lengkap. Earphone masih mengeluarkan suara-suara dari lagu yang kuputar,
volume yang kencang membuatku tidak mendengar suara lain disekitar. Aku rasa
ini waktu yang tepat untuk mengganti queue,
lagu-lagu dari McFly kurasa cocok di
saat seperti ini. Love is Easy adalah
lagu McFly pertama yang terputar. Kupejamkan
mata, dan mulai merasakan semua kebahagiaan dan kenyamanan yang kudapatkan kali
ini.
Mulai menikmati
lagu, kepala ku mulai bergoyang dan mulut yang terus bernyanyi. Tak lama, aku
terdiam dalam gelap, wajahnya tiba-tiba saja muncul dipikiranku. Senyum manis
dan tingkah nya yang lucu itu terus terbayang-bayang. Semua momen-momen
bersamanya datang kedalam pikiran secara bersamaan, bahkan, aku terbayang oleh
perkenalan kami dulu, perkenalan yang membuatku terkejut namun terasa bahagia
dihati. Dan, oh ya! Aku teringat ulang tahunnya. Dua hari dari hari ini adalah
ulang tahunnya. God, aku lupa,
mengapa aku bisa sebodoh ini. Ku buka mata ku, ku ambil sepeda dan mengayuh
sepeda dengan cepat untuk pulang kerumah.
Aku belum
mempersiapkan apapun, aduh, mengapa aku bisa lupa. Sesampainya dirumah, dengan tak
berpikir panjang, aku mulai bersiap-siap untuk pergi kembali. Motor ku
keluarkan dari garasi, sementara sepeda masih tergeletak didepan garasi. Karena
melihat matahari yang mulai terbenam, aku sadar bahwa aku hanya memiliki waktu
yang tidak banyak untuk mencari kado untuknya sehingga aku haya menggeletakkan
sepeda didepan garasi tanpa memasukkannya terlebih dahulu.
Untunglah,
didekat rumah ada sebuah mall besar yang menyediakan banyak barang. Pikiran ku
mulai bekerja dengan keras, dijalan aku bertanya-tanya, apa yang harus
kuberikan padanya? Apa yang harus aku cari? Barang apa yang ia butuhkan? Ah,
mengapa pilihan yang cukup banyak itu justru membuatku bingung seperti ini.
Lobby Timur mall, baiklah, aku
memutuskan untuk mencari pencarian dari sini hingga lobby Barat. Jalan sendirian dan memasang wajah bingung ditengah
kerumunan orang malah membuatku seperti orang hilang, atau pencopet. Mata
satpam didepan lobby pun tertuju kepada diriku yang terlihat tergesa-gesa dan
bingung ini. Aku panik! Mengapa aku jadi takut dituduh hal aneh seperti ini?
Aku membalas tatapan wajah satpam tersebut dengan senyuman manis diwajahku saat
lewat didepannya. “Selamat malam, mas.”, sapa satpam tersebut.
Berbagai toko
telah ku kunjungi, toko khusus perempuan pun tak kulewatkan. Ah, aku merasa
malu sendiri saat memasukki toko dengan dinding berwarna merah jambu yang
berisikan girl’s stuffs itu, tapi apa
boleh buat. Yang lebih membuatku malu adalah saat ditemani oleh penjaga toko
tersebut, perempuan berambut panjang, dengan seragam berwarna merah muda
selaras dengan dinding dan meja toko tersebut. Tak hanya itu, ia pun
menggunakan bando berbulu dan bertelinga panjang. Saat itu, aku menjadi pusat
perhatian pengunjung lain yang semuanya adalah perempuan yang sepertinya seumuran
denganku. Aku ingin sekali menjelaskan kepada mereka bahwa aku adalah lelaki
normal, sehingga mereka tidak perlu melirik ku sambil tertawa kecil seperti
itu. “Mau cari apa, mas?”, tanya penjaga toko. Ah kesempatan! “Saya nyari kado,
mba. Buat teman saya.”, ku balas dengan suara yang agak keras agar pengunjung
yang lain tau dan mengurangi rasa malu ku.
Setelah sekitar
2 jam memutari mall, akhirnya aku menemukan kado untuknya. Sebuah sweatshirt dengan motif lucu, berbahan
rajutan yang cukup hangat dan lembut. Aku harap ini sangat berguna untuknya,
dan pastinya ia suka dengan apa yang kuberikan ini. Sebelum pulang kerumah aku
menyempatkan untuk membeli satu kotak dan kertas kado untuk membungkusnya.
The day! Nanti sore adalah acara ulang
tahunnya. Acara itu diadakan disebuah resto yang tidak jauh dengan rumahnya. Menurut
info dan desas-desus yang telah kudengar dari beberapa teman terdekatku, ia tak
mengundang banyak orang, beberapa teman ku yang kenal dengannya pun tidak
diundang. Disitu aku merasa begitu spesial di hidupnya, padahal, entahlah. Ia
bukan teman sekelas ku dikampus, kami berbeda jurusan, tapi momen dikantin itu
telah menyatukan kami menjadi sedekat ini. Kami bukan sepasang kekasih, atau
mungkin bisa dibilang belum? Itu hanya masih sebuah angan-angan ku saja. Handphone ku berdering, ternyata sebuah
pesan darinya! Ia membuatku tersenyum pagi ini, ia selalu dapat melakukannya. Pesan
tersebut berisikan, “Jangan sampai telat
apalagi lupa datang ya! Awas aja kalo sampai lupa, aku gak akan pernah mau
kenal kamu lagi!”.
Pesan yang
sederhana itu membuatku menjadi tidak sabar untuk bertemu dengannya. Sudah sekitar
seminggu kami tidak berjumpa. Ia sedang mendapatkan tugas akhir dari dosennya,
jadi ia jarang terlihat dikampus. Pernah aku melihatnya dua hari yang lalu,
kami hanya sebatas menyapa dari jauh karena ia sedang terburu-buru untuk masuk
kelas. Aku terus melihat jam karena terlalu excited
buat bertemu dengannya. Jam masih menunjukkan pukul 1 siang, sedangkan acara ia
dimulai jam setengah 7. Ah, masih lama pikirku, masih sempat untuk memejamkan
mata.
Aku terbangun karena
suara bising yang dibuat oleh acara televisi yang sedang adikku tonton di ruang
tamu. Sempat kesal karena ia telah mengganggu tidurku, namun kesal tersebut
telah teredam saat kulihat jam. Sudah jam 4! Aku harus cepat bersiap-siap untuk
datang ke acara ulang tahunnya. Memang masih ada waktu yang cukup agar tidak
terlambat, namun aku lebih suka untuk datang lebih awal, untuk mengantisipasi
hal yang tidak diinginkan dan malah membuat terlambat. Problem pertama yang kujumpai adalah, apa yang harus aku pakai. Aku
ingin tidak ingin terlihat jelek dihadapannya, aku tidak mungkin hanya memakai
kaos dan jeans seperti yang biasa kupakai, walaupun itu adalah salah satu
kesukaanku, simpel. Akhirnya aku memilih kemeja bermotif kotak-kotak dengan
warna merah, biru, dan putih, berlengan panjang. Aku tetap memilih celana jeans
untuk kupakai, lalu tak lupa sneakers dan jam tangan untuk menjadi pelengkap. Setelah
semua siap, aku pun berangkat.
Masih banyak
waktu, jadi aku tak perlu memacu kendaraan ku untuk sampai ke resto tersebut.
Sekitar 45 menit waktu tempuh untuk sampai ditempat tersebut, saat aku sampai
nanti mungkin masih ada waktu setengah jam sebelum acara dimulai. Karena kecepatan
ku yang tidak begitu cepat, aku mengambil lajur kiri. Ada hal yang aneh, saat
aku membelokkan motor, ban belakang terasa seperti kempes. Aku menepi dan
menghentikan perjalanan ku sambil berharap agar tidak ada hal buruk terjadi. Saat
kulihat, hal buruk itu terjadi, ban belakang ku kempes, atau mungkin bocor. Untunglah,
aku berangkat lebih awal jadi aku tidak perlu ambil pusing. Jalan dengan
menuntun motor ke bengkel terdekat, aku merasakan hal yang aneh lagi, seperti
ada yang tertinggal. Tak lama aku tersadar bahwa mp3 player ku tertinggal
dirumah, tak biasanya aku meninggalkan barang itu, tapi yasudahlah. Bengkel
penuh dengan antrian motor yang sedang diservis, sehingga aku harus menunggu
bagian untuk motorku. Aku duduk diruang tunggu, terasa begitu sepi karena tidak
membawa mp3 player. Ada banyak orang diruang tunggu ini, sesungguhnya tidak
sepi, tetapi bising dengan seluruh suara obrolan dan suara yang dibuat oleh alat-alat
bengkel, namun karena sudah terbiasa mendengarkan lagu saat sedang sendiri
seperti ini, aku merasa sepi dan bosan. Kulihat sekitar untuk mengisi
kekosonganku, terlihat seorang perempuan berambut panjang yang sedang melihat
kearah televisi yang tertempel di dinding bengkel sebelah kanan. Perempuan itu
mekakai sweatshirt merah
bergaris-garis putih. Eh, tunggu! Sweatshirt!
Aku teringat kado untuknya. Dan ternyata kado itu juga tertinggal dirumah! Aku
panik karena tidak tau kado itu benar tertinggal atau terjatuh saat aku
menuntun motor ke bengkel ini. Aku menelpon adikku untuk memastikan kado
tersebut ada dirumah atau tidak. Aku menyuruhnya untuk mencari kado tersebut
diseluruh penjuru rumah, lalu ia menemukannya di garasi. Mungkin kado itu
tertinggal saat ku mengeluarkan motor dari garasi tanpa bawa kado tersebut
bersamaku. Ah, aku bingung, sangat bingung. Aku tidak mungkin kembali kerumah
dengan keadaan seperti ini, tak cukup waktu. Lagipula, motorku masih tak
kunjung ditangani oleh pihak bengkel. Diseberang bengkel ada banyak ruko, mungkin
aku bisa membeli segelas minuman untuk sekedar menyegarkan pikiran dan mencari
solusi terbaik.
Aku pergi ke
sebuah café dan duduk dibagian luar. Tak
lama seorang pelayan memberikan menu-menu yang ada di café ini. Ternyata mereka mempunyai minuman kesukaan ku, frappucino. Tanpa pikir panjang, aku
langsung memesan itu dan satu porsi french
fries. Beberapa saat kemudian, pesanan ku datang. Sudah jam 5 lewat dan aku
masih belum menemukan barang untuk menggantikan kado yang tertinggal dirumah
karena kecerobohan ku. Didalam keheningan ini, aku mendengar percakapan sepasang
kekasih diseberang meja tempatku duduk. “Ih bagus banget bunganya, beli dimana?”,
tanya cewek tersebut. “Itu kan dua ruko dari café ini ada toko bunga tau.”, jawab cowoknya.
Ah! Itu dia,
bunga! Aku langsung lari ketoko bunga tersebut. Begitu banyak bunga terpajang
didepan toko ini, warnanya pun beragam, terlihat sangat lengkap, cocok! Aku
tidak terlalu mengerti dengan bunga apa yang perempuan suka, karena, ini kali
pertama aku membawakan bunga untuk seorang perempuan. Penjaga toko langsung
menanyakan apa yang kucari, lalu aku mengatakan bahwa aku ingin bunga yang
spesial sehingga dapat membuat perempuan terkesan dan jatuh cinta saat
melihatnya. Ia hanya tersenyum dan mulai merangkai bunga pesananku. Satu bouquet bunga telah terangkai dengan
cantik. Entah apa nama dari bunga-bunga ini, hanya bunga mawar yang kutahu. Campuran
bunga berwarna putih dan merah muda ini cukup menyita perhatian orang-orang
yang melihat ku saat membawanya untuk kembali kebengkel. Tak sedikit ada orang
yang menggoda ku dengan candaan agar aku memberikan bunga ku kepadanya. Aku hanya
tersenyum sambil lari-lari kecil. Dikejar waktu adalah hal yang sungguh tidak
enak. Motor terlihat telah selesai ditambal, aku segera bergegas kekasir untuk
membayar, dan candaan itu muncul kembali. “Mas, makasih loh bunga nya. Sini
saya simpan di vas bunga.”, canda petugas kasir. Aku tersenyum dan langsung menanyakan
ongkos yang harus aku keluarkan. Lalu aku melanjutkan kembali perjalanan dengan
sisa waktu yang tidak banyak.
Selama perjalanan
aku mengkhawatirkan bunga ini, aku tidak ingin bunga nya rusak, sehingga aku
harus berkendara dengan menggunakan satu tangan selagi tangan kiri ku memeluk
bunga agar tidak rusak. Entah apa yang pengendara lain pikirkan saat melihatku,
aku sudah tidak ingin memikirkan hal lain. Sesampainya disana aku langsung
menuju toilet untuk merapikan penampilan ku yang sudah agak berantakan karena
hal yang tidak diinginkan itu.
Aku melangkahkan
kaki ke ruangan khusus yang telah disediakan untuk ulang tahunnya. Terlihat sepi
dari luar atau memang benar bahwa hanya beberapa orang saja yang diundang. Yang
pertama kulihat diruangan itu adalah dirinya yang sedang duduk dengan
menggenggam handphone. Dengan dress
berwarna merah dan make up yang tidak terlalu tebal membuatnya terlihat anggun
dan tentu saja, cantik. Ia tersenyum manis saat melihatku, ah, sungguh, aku
gugup. Aku berjalan dengan bunga dibelakangku, entah kenapa, tiba-tiba aku
ingin membuatnya surprise dengan
bunga ini, padahal terlihat sangat biasa sekali. Sudah tepat dihadapannya, jantungku
mulai berdebar-debar, tingkah ku mulai sedikit aneh, untuk menutupi semuanya,
aku mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Kuberikan bunga itu, dan ia
terlihat begitu senang, syukurlah. “Maaf ya, tadi ada trouble gitu dijalan, terus aku lupa bawa kado buat kamu, nanti
kadonya aku kasih dikampus ya. Hehe.”, ucap ku. Ia tersenyum dan berkata, “Ih,
engga apa-apa kok, lagipula ini bagus banget bunganya, aku suka, makasih banyak
ya. Oh iya, yang lebih penting lagi, kamu nepatin janji kamu buat dateng dan
gak telat.”. Lalu, ia memelukku.
No comments:
Post a Comment