Thursday, February 25, 2016

The Revenant

Tadi abis nonton The Revenant (akhirnya)! Hahaha. Dari pertama film ini keluar udah pengen banget sebenernya nonton, cuma waktu jadi kendala, gak pernah sempet! Film ini dibintangi sama Leonardo Di Caprio, Tom Hardy dan beberapa aktor lainnya. Ceritanya tentang si Leo yang berperan sebagai Hugh Glass dan anaknya Hawk yang menjadi bagian dari sekumpulan orang pengumpul kulit berang-berang untuk kabur dari kejaran para suku Indian. Setting waktu nya ya masih dijaman Amerika dulu gitu, dimana Indian dan kulit putih masih berebutan wilayah. Nah, si Glass disini berperan penting untuk perkumpulan ini karena dia tau sebagian besar wilayah yang lagi mereka tapaki. Anaknya Glass, Hawk, itu seorang Indian bersuku Pawnee, sedangkan yang ngejar-ngejar mereka itu suku Ree. Pokoknya, sebagian besar ceritanya begitu deh (berusaha untuk tidak spoiler).

The Poster
Film ini berdurasi 2 jam lebih, 150an menit kayaknya. Terus film ini berdasarkan kisah asli. Alur ceritanya lambat dari awal sampe akhir, karena itu filmnya jadi lama. Walaupun filmnya lama, gue gak ngerasa bosen sama sekali sih. Kenapa? Karena sutradara film ini, Alejandro G Inarritu, membuat beberapa hal yang menarik! Yang pertama dan yang paling spesial, Alejandro G Inarritu buat film ini dengan pencahayaan alami. Yes! Ini keren banget! Jadi pencahayaan di film paling dari sinar matahari, cahaya bulan, dan api unggun yang hampir ada disetiap malam. Walaupun pake pencahayaan alami, tapi jangan takut film bakal gelap atau banyak scene yang miss karena kurang pencahayaan. Pencahayaan alami itu malah buat lebih indah dan so pure! Pencahayaan alami ini didukung dengan sinematografi yang apik, jadi makin gress! Sebagian besar pengambilan gambarnya itu landscape view yang cantik nan menawan (?). Pegunungan yang baris berbaris, arus sungai dari yang tenang hingga deras, hutan lebat, dan salju putih menjadi pemandangan-pemandangan yang menyegarkan. Selain pencahayaan yang alami itu, film ini juga cukup menegangkan. Panah-panah yang terbang menembus badan, cabikan-cabikan beruang (oh iya, Glass diserang sama beruang), dan tusukan-tusukan pisau menjadi sajian yang menegangkan. Bukan cuma menegangkan, tapi bikin ngilu juga! Bikin kayak, “Ah anjir, anjir, anjir.”, hahaha. Yang paling ngilu itu pas liat luka Glass bekas adu tojos sama beruang sih. Film ini pake tiga bahasa yang berbeda, Inggris (US), Indian, dan sedikit Perancis. Terakhir yang buat film ini menarik, akting-akting dari mereka yang ciamik. Apalagi Tom Hardy yang berperan sebagai John Fitzgerald, keren banget. Gue kayak selalu kagum gitu sama setiap peran yang dia mainin. Fitzgerald itu salah satu anggota kelompok yang sering menentang gitu deh, agak egois, dan keras. Dari pertama dia udah buat konflik sama si Glass karena gak setuju dengan salah satu keputusan yang Glass buat yang akhirnya memanjang. Kekurangan dari film ini apa ya? Hmm, paling itu aja sih, engga diceritain banget gimana ceritanya si Glass bisa punya istri seorang Indian. Haha
Leonardo di Caprio as Hugh Glass

Tom Hardy as John Fitzgerald

Overall, film ini menarik banget sih. Dan gue abis nonton kayak beruntung gitu masih sempet nonton di bioskop walaupun udah mepet-mepet ke “penurunan poster”. Berasa banget soalnya kalo di bioskop! Hahaha. Film ini tuh beauty and thrilling! Kalo boleh ngasih rate sih gue bakal kasih 8,5 untuk The Revenant! Buat yang belum sempet nonton, buruan ke bioskop!

Wednesday, February 24, 2016

100 Years

Tadi siang dapet info tentang sebuah film yang cukup unik. Menurut gue, ini film terniat setelah Boyhood. Buat yang belum tau film Boyhood, jadi film itu unik, dibuat nya sampe 12 tahun, dan perannya tetep itu-itu aja. Mulai dari si aktor itu masih kecil, hingga dewasa. Mungkin, untuk lebih lengkapnya bisa baca disini. Pertama kali liat itu film, gue sama sekali gak tau kalo dibuat dengan jangka waktu yang selama itu. Tapi pas gue nonton, lama kelamaan jadi sadar dan cukup bingung sendiri, karena liat perubahan dari pemeran utama dari kecil sampe dewasa gak beda jauh. Begitu film selesai, gue cari tau tentang film itu, dan bener aja, pemerannya gak berubah. Jadi kesan judul film “Boyhood” itu dapet banget.


Oke, masuk ke film terniat kedua setelah Boyhood menurut gue. Judul film nya itu 100 Years. Gue pertama liat sih kayak gak ada yang salah gitu, tapi pas liat release date-nya langsung kayak, “Anjir, beneran 100 tahun!”. Hahaha. Konsepnya menarik banget sih, bikin penasaran. Bikin bertanya-tanya, “Seberapa bagus sih sampe beneran di rilis 100 tahun lagi?”. Cerita nya sendiri belum ada yang tau selain para kru film dan pemeran yang terlibat. IMDb bilang film ini dikemas dalam tempat bulletproof dan ada timelock-nya yang di setting untuk 100 tahun kemudian. Udah gitu, udah disiapin undangan-undangan bermaterial logam untuk para penerus atau generasi selanjutnya dari penerima buat acara screening. Mantap banget sih ini, niat abis. Hahaha. Oh iya, kayaknya sih cerita nya tentang parfum gitu, soalnya director dan writer film itu berkolaborasi sama Louis XIII Cognac untuk membuat film ini. Pas gue cari tau, ternyata Louis XIII Cognac adalah brand parfum yang dibuat dari beberapa komposisi yang disimpen sampe ratusan tahun. Hmm..


Mungkin, kalo film ini ditonton sekarang gak begitu kerasa spesialnya. Cuma kalo ditonton 100 tahun lagi beneran baru berasa perbedaan nya. Seperti yang kita udah tau, teknologi akan terus berkembang makin canggih. Dan di tahun 2115 bakalan banyak teknologi yang bener-bener berbeda dari film ini. Beberapa properti yang dipake masih orisinil tahun dibuatnya film, udah gitu, mungkin aja ada beberapa barang yang udah gak ada di tahun 2115. Ketika film ini muncul sih bisa aja bakal jadi yang paling beda sendiri diantara film-film di tahun itu. Perbedaan lainnya yang mungkin bakal kerasa itu paling kayak suasana, pakaian, penulisan skrip atau tata bahasa, teknik-teknik sinematografi, dll. Bakalan jadi epic sih! Haha